Rabu, 14 September 2016

Daya Dukung Telur Bebek Khas Brebes

Jika anda melewati Kabupaten Brebes, di sepanjang jalur pantura akan ada etalase yang menjual oleh-oleh khas Brebes yaitu telur bebek, meskipun Brebes juga terkenal penghasil bawang merah. Telur bebek di Brebes ini sebagian besar disuplai dari sumberdaya lokal, meskipun ada yang sebagian kecil dipasok dari Jawa Timur. 

Peternakan bebek di Brebes ini berada di pesisir utara Brebes, para peternak ini jumlahnya banyak banget, jadi tidak heran kalau banyak penjual telur bebek di Brebes. Dan menurut saya, kondisi pesisir juga ideal untuk dijadikan peternakan bebek karena suplai air sebagai "hiburan bebek" maupun sebagai kebutuhan bebek juga terpenuhi. Disamping itu, makanan untuk menghasilkan telur yang berkualitas juga bagus. Ikan yang sudah tidak terpakai oleh nelayan digunakan peternak bebek sebagai salah satu nutrisi untuk pakan bebek sehingga akan meningkatkan kualitas telur bebek.

Selain ika. Yang digiling, pakan bebek ini diperoleh dari sungai yaitu enceng gondok. Pertama kali saya mengira kalau enceng gondok di sungai itu merupakan sebagai tanaman liar, ternyata enceng gondok dirajang kemudian dicampur buat makanan bebek. Bebek bebek terlihat "menyenangkan" karena bebek bebek itu hidup seperti pada habitat aslinya. 
Umur bebek ini kurang lebih 2 tahun. Mulai bertelur setelah umur satu tahun, dan jika sudah berhenti bertelur akan dijual, biasanya laku Rp. 55000 per ekor jika sudah tidak bertelur. Tapi jika masih produktif bertelur harganya Rp. 75.000 per ekor. Rata-rata harga telurnya sekitar Rp. 1500 per biji. 
Penghidupan masyarakat pesisir disini terlihat lebih menjanjikan jika dibandingkan dengan masyarakat pesisir di daerah lain. Hal ini mungkin dikarenakan karena modal sosial dan daya dukung lingkungan yang lebih tersedia dan berkelanjutan. Perwujudan dari penghidupan sosial ini berupa kualitas permukiman yang lebih baik dibandingkan dengan daerah pesisir lainnya. Demikian sedikit cerita dari saya, dan pernyataan itu hanya sebagai asumsi tanpa didukung dengan data yang akurat. Terima kasih sudah berkungjung di blog saya.

Minggu, 04 September 2016

Pernikahan Adat di Lombok Utara

Setelah lama gak pernah aktif di blog, kali ini saya ingin menulis di blog biar gak garing blog saya ini.
sesuai judul, saya ingin memposting tentang pernikahan adat di Lombok Utara. Postingan ini bersumber dari kamera pribadi saya, dan persepsi pribadi saya. jadi hal-hal yang berkaitan persepsi yang dituangkan dalam tulisan ini nantinya merupakan murni dari persepsi, dan mohon maaf bila tidak sesuai dengan kenyataan.
Pernikahan di Lombok Utara ini saya bilang cukup unik, saya sebut unik karena dalam pernikahan adat ini semua disajikan berdasarkan sederhana dan dalam lingkaran kekeluargaan tanpa adanya penurunan nilai meskipun dalam lingkup yang sederhana.
Pernikahan di Lombok Utara biasanya diawali dengan restu orang tua mempelai perempuan, dan saya rasa semua pernikahan diawali dengan restu dahulu ya. hehe.. Tapi jika restu tidak diperoleh apakah tidak terjadi pernikahan di sini? tentu tidak... karena ada kebiasaan "mencuri" mempelai perempuan. Dulu saya berpikir bahwa mencuri itu merupakan suatu candaan, tapi ternyata mencuri itu sandiwara yang direncanakan dengan maksud menjauhkan perempuan itu dari orang tua kandungnya dengan tujuan dinikahi. setelah dicuri, laki-laki yang mencuri itu lapor kepada kepala dusun sesuai rumah tinggal orang tua perempuan itu untuk disampaikan kepada orang tuanya bahwa anaknya dia bawa dengan maksud untuk dinikahi, kemudian kepala dusun bertugas sebagai mediator agar orang tua memberikan putrinya. Tidak sampai disitu, selanjutnya terjadi tawar menawar "harga perempuan" itu sesuai dengan keinginan orang tua perempuan. Jika terjadi kesepakatan, maka selanjutnya akan dilangsungkan pernikahan.
Pada kali ini, saya tidak menceritakan secara detail terkait "pencurian" tersebut, karena pada pernikahan ini diminta kepada orang tua dan orang tua mengiyakan permintaan tersebut. Oleh karena itu tidak ada proses curi-mencuri calon mempelai perempuan. Saya menoroti tentang nilai dan makna acara resepsi pada pernikahan adat di Desa tanjung, Kab. Lombok Utara ini. Kalau dari segi letak administrasi dan geografi desa Tanjung ini tergolong wilayah perkotaan di Kabupaten Lombok Utara, akan tetapi nilai-nilai kekeluargaan antar warga dan semangat gotong royong antar warga saya menilainya cukup tinggi, meskipun tidak ada data yang menyebutkan begitu, ini murni penilaian subjektif saya.
Proses pernikahan adat di Kabupaten Lombok Utara dilaksanakan sehari saja, hari-hari sebelumnya digunakan untuk persiapan pada hari H. Setelah tiba hari H, tiba saatnya acara yang dimulai dengan ijab qabul sesuai sariat islam. Pada acara ijab qabul, disaksikan oleh sebagian besar warga kampung, setelah selesai langsung dilanjutkan dengan jamuan makan-makan kepada tamu undangan. Video berikut merupakan prosesi akad nikah dan jamuan makan para undangan.



Dalam resepsi tersebut, pertama kali saya berpikiran bahwa warga disini mengesampingkan gengsi, meskipun dalam undangan tersebut undangannya banyak dari kalangan status sosialnya tinggi. Tapi mereka duduk sama rata bersila beralaskan layar atau terpal untuk menyaksikan pernikahan tersebut. Acara yang tidak mungkin terjadi di Jawa, karena seumur hidup saya di Jawa tidak pernah terjadi acara resepsi pernikahan pakai duduk bersila di atas terpal. Tidak selesai dengan itu, dalam penyajian makanan orang disini disajikan makanan yang ditaruh dalam satu tempat atau leser dalam bahasa jawa menyebutnya. Saya gak tau bahasa Indonesianya leser jadi saya pakai kata leser. Dalam satu leser tersebut biasanya untuk berempat orang/tamu. isi leser berupa nasi, sayur, lauk, kerupuk, tempat cuci tangan. Dan disana makan tidak pakai sendok, karena sudah menjadi adat bahwa makan dlam pernikahan adat pakai tangan. Suasana makan, hidangan pada resepsi pernikahan seperti pada gambar berikut:
tamu sedang makan jamuan penuh khidmat

jangan lupa sadar kamera kalau difoto

menu jamuan makan pada resepsi

Tamu undangan sedang memakan jamuan dari tuan rumah
Kalau kita amati foto-foto diatas, kita bisa membayangkan bagaimana bersahajanya mereka dalam menikmati jamuan makan siang dari tuan rumah, semua dilakukan dengan kebersamaan, duduk bersama, dan berpakaian sopan, sarungan boleh, tidak seperti pernikahan sekarang yang cenderung sebagai ajang memamerkan baju, perhiasan, make up dan apalah sejenisnya itu. Bahkan, pladen  atau anak muda yang membantu pernikahan dalam menyajikan hidangan memakai pakaian yang sederhana tidak harus seragam, hal tersebut pasti akan menjadi suatu permasalahan di Jawa, akan tetapi disini tidak. Oleh karena itu saya banyak belajar dalam upacara resepsi adat di Kabupaten Lombok Utara ini, sebenarnya banyak sekali adat pernikahan di Kabupaten Lombok Utara ini terutama di desa adat Bayan. Yang lebih menjunjung tinggi adat dibanding dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Lombok Utara. Demikian sedikit tulisan dari saya, sampai ketemu lagi pada tulisan saya yang akan datang yang gak tau akan dipublish beberapa hari, minggu, bulan, tahun lagi. hehehe