Bahkan justru sebaliknya, tulisan ini saya buat karena disertasi saya yang sangat molor.
Kali ini saya akan menulis tentang bagaimana pengalaman saya kuliah S3 dan menyelesaikan disertasi. Jadi bagi anda yang sekarang sedang baru daftar kuliah S3 dan membaca tulisan ini, maka mungkin perlu diingat-ingat bahwa anda sekarang harus tetap fokus dalam menyelesaikan studi. sebagai informasi, saya kuliah di salah satu Program Doktor (S3) di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan mulai masuk pada tahun 2013. Tulisan ini saya buat pada tanggal 5 Juni 2020, malam Sabtu tepat pada saat anak dan istri baru saja tidur (waktu daftar kuliah S3 saya masih bujangan). Sebelum membuka laptop ini saya sedang asyik bermain hp, dan brwosing sana-sini dan chating dengan beberapa teman lewat whatsapp. Salah satu teman kuliah saya yang sekarang sudah hampir dua tahun menjadi dosen di UNY membuat status tentang akan dilaksanakan konferensi internasional Ilmu Sosial, dan saya menanyakan hal tersebut. Saya tanya hal tersebut wajar, karena saya masih punya tanggungan submit jurnal nasional. Flashback beberapa tahun lalu yaitu 2013, saya diterima Beasiswa Dosen Dalam Negeri (BPDN) dan pilihan saya saat itu adalah Universitas Gadjah Mada. Menyambut perasaan senang maka awal perkuliahan saya semangat mengikuti kuliah, satu per satu mata kuliah. perlu diketahui bahwa kuliah Program Doktor itu matakuliahnya sedikit, jadi total saya menempuh 42 sks, dimana 12 sks matakuliah biasa sesuai dengan bidang ilmu, sedangkan disertasi 30 sks. Semester pertama dan kedua itu ditempuh dengan mengikuti matakuliah umum, seperti filsafat dan lain sebagainya. Seperti pada umumnya, semester 1 dan 2 selalu semangat dan masih ngumpul dengan teman seangkatan. Semester tiga sudah mulai penyusunan proposal disertasi, disini saya sudah mulai diuji dengan kerjaan luar kampus atau lebih sering dikenal dengan mroyek. Karena mengerjakan suatu proyek juga perlu fokus dan menyita waktu, maka saya sering mengacuhkan kuliah. Menurut saya saat ini wajar saja terjadi karena saya dituntut untuk menyelesaikan kerjaan. Tapi efek yang tidak terasa adalah bahwa waktu terus berjalan, sedangkan saya terlena dengan kegiatan di luar kampus. Hal ini membuat saya baru menyelesaikan proposal kompre pada semester 5. jadi bisa dibilang selama semester tiga dan empat saya menganggur dan menikmati uang beasiswa tanpa melakukan kegiatan akademis. Kemudian setelah seminar proposal, saya masih mengulangi hal yang sama dengan semester sebelumnya, sehingga revisi proposal selalu molor, sampai akhirnya masa beasiswa saya habis pada semester 6. Kemudian saya mengambil cuti pada semester 7, dan melanjutkan kembali kuliah semester 8. Setiap kali setelah lepas beasiswa saya kan harus membayar sendiri, dimana per semester adalah 8 juta, selesai membayar saya selalu terlena, dan menganggap bahwa setelah selesai membayar semester berarti tanggung jawab sudah selesai, tanpa dirasa saya memasuki semester ke 11. Dimana saya saat itu, tepatnya menjelang lebaran 2019 saya diberitahu teman seangkatan kalau masa studi habis dan harus lulus pada semester itu juga, karena saya menganggap waktu 2 bulan adalah mustahil untuk menyelesaikan studi sampai wisuda/ujian terbuka maka saya pasrah untuk melepas kuliah saya mungkin dengan status Drop Out. Akhirnya kampus memberikan kelonggaran karena saya pernah cuti sekali sehingga masih diberi kesempatan untuk menyelsaikan studi satu semester lagi. Baru kesempatan terakhir ini saya gunakan dengan sebaik-baiknya. Mulai dari mengerjakan naskah disertasi, kemudian daftar temu promotor, Ujian penilaian, ujian kelayakan, dan sampai pada ujian tertutup pada tanggal 23 Januari 2020. Alhamdulillah saya dinyatakan lulus, dan saya memilih jalur wisuda dengan kata lain tidak melalui ujian terbuka karena ujian terbuka biayanya mahal.
Nanti saya lanjutkan lagi nulisnya. Masih mau lanjut nulis jurnal.